Selasa, 22 Februari 2022
Bahkan, doa disaat keluar rumah, mencari nafkah, bekerja, dalam perjalanan dll.... diminta untuk bertawakkal,
Bismillaah, tawakkaltu 'alallaah, laa haula wa laa quwwata illaa billaah
Artinya: "Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah."
Dua definisi, keyakinan berbeda tentang tawakal pun ada di dua Imam, Imam Syafii dan Imam Malik.
Seperti kita tahu, Imam Syafi’i terkenal sebagai perumus pertama metodologi hukum islam atau disebut juga Ushul Fiqih melalui kitabnya yang berjudul Ar-Risalah.
Disinilah bagaimana Imam Malik dan Imam Syafii mengajarkan kepada umat Islam bagaimana menyikapi perbedaan. Keduanya tak saling menyalahkan atau membenarkan pendapatnya sendiri. Indahnya Islam apabila saling menghormati dan saling berkasih-sayang.
Dgn referensi yg sama dari sebuah hadis Rasulullah:
لَو أنكُم توكَّلْتُم علَى اللهِ حقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُم كما يَرْزُقُ الطَّيْرَ تغدُو خِمَاصًا وتَروحُ بِطَانًا
"Andai kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal niscaya Allah akan berikan rizki kepada kalian, sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar lalu pulang dalam keadaan kenyang".
Menurut Imam Maliki:
Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya,"
demikian pendapat Imam Malik.
Imam Syafii "Ya Syeikh, seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki?"
Imam Syafii menyampaikan pendapat bahwa untuk mendapatkan rezeki dibutuhkan usaha dan kerja keras. Rezeki tidak datang sendiri, melainkan harus dicari dan didapatkan melalui sebuah usaha.
Guru dan murid pendiri mazhab itu bersikukuh pada pendapatnya masing-masing.
Keluar majelis, imam syafii melihat orang2 yg sedang memanen buah anggur. Beliau pun ikut membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafi'i mendapat imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas jasa.
Imam Syafi'i senang bukan karena mendapatkan anggur, tetapi karena memiliki alasan untuk menyampaikan kepada Imam Malik bahwa pendapatnya soal rezeki itu benar.
Mendengar itu, Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya.
Kemudian Imam Malik berucap pelan. "Sehari ini aku memang tidak keluar pondok, hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur.
Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab?
Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan rezeki.
Imam Syafi'i langsung tertawa mendengar penjelasan Imam Malik tersebut. Sang Guru dan murid itu kemudian tertawa bersama. Begitulah, dua Imam mazhab mengambil dua hukum berbeda dari hadis yang sama.
Itulah kira-kira cara menghadapi perbedaan pendapat yang dicontohkan Guru sekaligus Imam kita yang selalu jadi rujukan dalam Tuntutan Ibadah yang diajarkan Rosul, tidak ada perdebatan tidak ada percekcokan, semua dilalui dengan damai dan senyum.
Walaupun tetap dalam pendirian masing2, dengan pendapat yang berbeda, itupun tidak apa2 seperti halnya kita dalam bermasyarakat, setiap orang boleh punya Cita2 atau tujuan hidup, tidak perlu semuanya sama dalam hal Cita2, tapi semuanya maklum dan saling menghargai, betul?
Wallahualam Bissowab
Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan dalam memberikan penjelasandalam uraian in.
Salam,
Hendrawan
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Atas kunjungan dan Komentar, saya mengucapkan Terima kasih, semoga bermanfaat, dapat memupuk pikiran positif & selalu dapat mensyukuri Nikmat Allah swt ..., ..Aamiin yra.
Salam,
Hendrawan